Jodoh…

Jodoh dan kematian adalah rahasia-Nya yang tersimpan dalam tabir dan keghaiban-Nya, dan tersimpan dengan indah dalam tiap lembar daun di Lauhul Mahfudz.

Jika…

Jika kamu tidak dapat memiliki apa yang kamu cintai saat ini, maka cintailah apa yang kamu miliki saat ini.

Ukhuwah…

Ukhuwah yang terbina biarlah seperti seutas tasbih. Ada awal, tapi tiada akhir. Dicipta untuk mengingat-Nya dan disusun untuk mengharap ridha-Nya.

Mungkin...

Mungkin, kegagalan, masalah, dan lingkungan yang tidak menyenangkan adalah sebagian dari skenario Allah SWT dalam membina diri kita.

Jangan...

Jangan bersedih, walau letih dan tertatih menahan perih bersandar dalam sabar dan berdiri tegar, hadapi semuanya tanpa gentar, Kita punya Allah Yang Maha besar, sandaran hati, sandaran jiwa tempat kita menemukan damai itu kembali dan menemukan kembali senyum kebahagiaaan

Minggu, 12 Juni 2011

PENGARUH RENDAHNYA TINGKAT KESEJAHTERAAN GURU SD TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

 Oleh :
Hikmah Nurbaeti


BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
            Untuk membangun sebuah negara yang maju dan berkembang dibutuhkan generasi muda yang memiliki kecerdasan dan kemampuan yang tinggi. Salah satu upaya untuk mewujudkannya adalah melalui pendidikan. Pendidikan merupakan modall yang penting dan utama untuk membentuk generasi muda yang berkualitas. Suatu negara tidak akan mampu bangkit dari keterpurukan tanpa adanya pendidikan. Pendidik atau guru merupakan komponen penting dalam menentukan keberhasilan proses pendidikan. Tanpa adanya guru yang profesional tidak akan tercetak para generasi muda yang diharapkan bangsa.
            Namun dalam kenyataannya, masih banyak guru yang belum memiliki kinerja yang  profesional. Banyak yang mengatakan penyebab dari ketidak profesionalan kinerja mereka karena rendahnya tingkat kesejahteraan guru. Rendahnya tingkat kesejahteraan guru juga akan berpengaruh terhadap kualitas pendidikan. Untuk lebih jelasnya, dalam makalah ini akan dibahas sekilas tentang guru SD dan pengaruh tingkat kesejahteraannya terhadap mutu pendidikan.

  1. Rumusan masalah
1.      Bagaimana kriteria guru SD yang baik ?
2.      Bagaimana tingkat kesejahteraan guru SD ?
3.       Apa saja pengaruh tingkat rendahnya kesejahteraan guru SD terhadap mutu pendidikan ?
4.      Apa saja solusi yang diberikan untuk meningkatkan kesejahteraan guru SD ?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui bagaimana kriteria guru SD yang baik.
2.      Mengetahui bagaimana tingkat kesejahteraan guru SD.
3.      Mengetahui pengaruh-pengaruh  rendahnya tingkat kesejahteraan guru SD terhadap mutu pendidikan.
4.      Mengetahui solusi-solusi yang diberikan untuk meningkatkan kesejahteraan guru SD.


























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kriteria Guru SD yang Baik
Keberhasilan pendidikan yang diberikan pada masa Sekolah Dasar (SD) sangat menentukkan keberhasilan  pendidikan pada jenjang selanjutnya.  Pada saat anak masih SD peluang untuk mengembangkan potensi mereka masih sangat luas. Oleh karena itu, peran seorang guru sangatlah penting untuk mendidik dan mengembangkan potensi mereka secara maksimal.
Dalam dunia pendidikan pada jenjang sekolah dasar (SD) kita mengenal adanya istilah Guru Kelas, yaitu guru yang bertanggungjawab atas kelas tertentu dan mengajarkan semua mata pelajaran yang ditetapkan untuk kelas itu. Adanya peraturan seperti di atas tentu ada maksudnya. Pada masa awal proses pembelajaran, anak lebih mudah menangkap ilmu yang diberikan oleh guru, apabila ia merasakan bahwa yang mengajar adalah seorang yang dekat kepadanya. Guru Kelas yang setiap hari selama berjam-jam bersama dengan murid kelasnya menimbulkan rasa kedekatan itu. Selain itu guru kelas memperkuat perasaan itu dengan menunjukkan sikap bahwa ia psikologi dan terutama aplikasinya. Sudah semestinya pendidikan mengandung kemampuan memimpin secara efektif.
Seorang guru kelas juga harus menguasai ilmu pengetahuan yang mendasari semua mata pelajaran yang harus diajarkan. Pelajaran-pelajaran tersebut antara lain Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam, Bahasa Indonesia, Matematika, Kesenian, dan Olahraga.  Hanya pendidikan agama yang tidak diajarkan oleh guru kelas. , karena di dalam kelas pasti ada murid yang berbeda agamanya. Meskipun ada Guru Agama tersendiri, namun Guru Kelas tetap mempunyai kewajiban untuk memperkuat pendidikan budi pekerti kepada anak didiknya.
Selain pendidikan kurikuler, guru juga perlu memberikan pelajaran ekstra kurikuler diluar jam pelajaran. Pelajaran ekstra kurikuler tersebut antara lain pelajaran olahraga seperti sepak bola, basket, dan voli. Selain itu dapat juga diberikan pelajaran kesenian seperti menyanyi, menari, dan menggambar. Tujuan dari pemberian pelajaran ekstra kurikuler adalah untuk lebih mengembangkan potensi dan bakat anak sehingga dari kecil anak sudah muncul bakat dan potensinya dan akan lebih mudah untuk mengembangkan lagi seiring bertambahnya usia.

B.     Tingkat kesejahteraan Guru SD
Kesejahteraan itu sendiri memiliki pengertian suatu keadaan yang baik, makmur, dan merasa tercukupi kebutuhannya. Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan. Terlebih lagi guru SD, mereka sangat menentukan kualitas anak didik mereka sejak dini.  Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan oleh sejauh mana kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan belajar-mengajar. Namun demikian, posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesional mengajar dan tingkat kesejahteraannya.
Ukuran kesejahteraan sangat sulit bila hanya diukurmelalui kecukupan dari segi materi saja. Oleh sebab itu, tingkat kesejahteraan seorang guru dapat dilihat melalui indikator-indikator sebagai berikut :
1)      Penghasilan setiap bulan mampu mencukupi kebutuhan pokok keluarga sehari-hari secara tetap dan berkualitas.
2)      Kebutuhan pendidikan keluarga dapat terpenuhi secara baik dan optimal.
3)      Memiliki kemampuan untuk mengembangkan pendidikan berkelanjutan serta mengembangkan diri secara profesional.
4)      Memiliki kemampuan untuk mengembangkan komunikasi ke berbagai arah sesuai dengan kapasitasnya, baik dengan memanfaatkan teknologi maupun secara konvensional.

  1. Pengaruh Rendahnya Tingkat Kesejahteraan Guru SD Terhadap Mutu Pendidikan
Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan oleh bagaimana cara guru mendidik anak didiknya melalui proses belajar mengajar. Guru SD yang merupakan pendidik tahap awal dituntut untuk lebih professional dalam mengajar. Namun pada kenyataannya kita sering menjumpai guru yang kurang professional dalam mengajar.
Pada hakekatnya kewajiban seorang guru adalah mengajar dengan sungguh-sungguh, dan hak sebagai seorang guru ialah mendapatkan kesejahteraan yang cukup. Misal gaji yang diberikan dapat mencukupi kebutuhan keluarga, baik kebutuhan sandang, pangan, kesehatan, dan pendidikan. Namun pada kenyataannya gaji seorang guru SD sering kali tidak mencukupi kebutuhannya selama satu bulan penuh. Oleh karena itu, ia harus mencari cara unruk mencukupi kebutuhannya.  Mungkin ia mengajar di tempat lain, menjadi guru les,  atau melakukan pekerjaan lain yang tak ada sangkut pautnya dengan mengajar seperti menjadi petani, pedagang, dan pemilik warung makan. Akibatnya  ia tidak dapat memusatkan perhatiannya kepada pekerjaan mengajar di sekolah di mana ia ditugaskan. Karena mereka lebih fokus terhadap bisnis yang sedang mereka geluti. Lama-lama mereka menjadi lupa akan kewajibannya sebagai seorang guru. Padahal sebagai guru SD, mereka diharapkan dapat menjadi pendidik yang baik agar dapat mendidik anak didik mereka dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat yang dapat dijadikan bekal untuk menempuh pendidikan di jenjang yang lebih tinggi.
Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor, diantaranya adalah karena rendahnya tingkat kesejahteraan guru. Selain itu masalah lain yang muncul akibat rendahnya tingkat kesejahteraan guru SD adalah rendahnya minat para generasi muda untuk menjadi guru SD. Karena mereka menganggap bahwa menjadi guru SD itu sulit tetapi gaji yang mereka dapatkan tidak sesuai dengan profesi mereka. Sehingga yang menjadi Guru SD hanya mereka yang tidak memperoleh tempat atau pekerjaan di sektor kehidupan lainnya. Dalam kondisi seperti itu tidak mungkin kita mengadakan pendidikan SD yang kita inginkan.

D.    Solusi Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Guru SD
            Rendahnhya tingkat kesejahteraan guru SD yang akhir-akhir ini banyak terjadi perlu mendapatkan penanganan yang serius oleh pemerintah. Karena jika hal ini dibiarkan terus menerus, maka semakin lama mutu pendidikan di negara ini akan semakin memburuk. Selain itu citra guru SD yang pada zaman dahulu dikenal sebagai profesi yang sangat dihormati dan terpandang semakin lama akan dianggap sebagai profesi rendahan dibanding dengan profesi lain seperti dokter, pilot, pengusaha, dan jurnalistik.
            Dengan adanya UU Guru dan Dosen, barangkali kesejahteraan guru dan dosen (PNS) agak lumayan. Pasal 10 UU itu sudah memberikan jaminan kelayakan hidup. Di dalam pasal itu disebutkan guru dan dosen akan mendapat penghasilan yang pantas dan memadai, antara lain meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, dan/atau tunjangan khusus serta penghasilan lain yang berkaitan dengan tugasnya. Mereka yang diangkat pemkot/pemkab bagi daerah khusus juga berhak atas rumah dinas.
            Selain mengeluarkan Undang-Undang, solusi yang dapat dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan guru SD antara lain dengan memperbaiki gaji guru sesuai dengan sikapnya bahwa pendidikan amat penting bagi masa depan bangsa. Dan Pemerintah memang berkewajiban untuk meninjau kembali penentuan gaji bagi Pegawai Negeri Sipil kalau bersikap konsekuen untuk mengakhiri KKN di Indonesia. Bagi guru yang bekerja di SD Swasta tentu gajinya diterima dari yayasan yang menyelenggarakan SD itu.

Jumat, 10 Juni 2011

ANTARA MAYA DAN NYATA

Kuselesaikan rangkaian kalimat ini.
Dalam senyum dan air mata.
Entah apa yang aku rasa saat ini.
Aku pun tak mengerti.
Semua terasa mengambang.
Antara maya dan nyata.
Itulah sosokmu dalam hatiku. . .

(Banjarnegara, 3 Mei 2010)

KU SIMPAN SAJA DISINI

Kapan kau akan mengerti bahwa aku juga punya rasa itu.
Rasa yang dulu pernah kau ungkapkan.
Namun kini semua tinggal cerita.
Kau terlalu cepat melupakanku.
Sebelum aku menyapamu dengan cintaku.
Hatimu terlalu keras untuk ku luluhkan.
Hatimu terlalu jauh untuk ku sentuh.
Kau berlalu pergi bersama lukamu.
Dan aku tetap disini bersama lukaku.
Rasa ini begitu indah untuk dilupakan.
Lebih baik kusimpan saja disini. . .
Di hatiku. . .

(Banjarnegara, 3 Mei 2010)

SEWAJARNYA SAJA

Perlakukan aku sewajarnya saja.
Tak perlu begitu memuja.
Karena aku memang tak pantas dipuja.

Cintai aku secukupnya saja.
Tak perlu begitu mendamba.
Karena cinta teragung hanya tertuju kepada-Nya.
Ketahuilah kasih, sikapmu yang begitu baik sebenarnya menjadi beban di hati ini.
Memang ku bahagia.
Tapi aku juga takut.
Takut jika suatu saat akan membuatmu sakit.

Aku ini wanita biasa.
Yang bisa salah.
Yang bisa sakit.
Karena disakiti ataupun menyakiti.
Yang ku pinta padamu hanya itu.
Karena bila kelak ku tak bisa lagi di sampingmu.
Tak begitu ada kecewa yang mendalam di hatimu, juga di hatiku.


(Banjarnegara, 6 Mei 2010)

PENGARUH ASAS PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT TERHADAP KEMANDIRIAN MASYARAKAT

 Oleh :
Hikmah Nurbaeti

Abstrak :
Pendidikan  sepanjang hayat (life long education) adalah sebuah sistem pendidikan yang dilakukann oleh manusia ketika lahir sampai meninggal dunia. Peserta didik belajar melalui suatu proses belajar yang berlangsung secara bertahap dimulai dari timbulnya motivasi, dilanjutkan perhatian pada pelajaran, menerima dan mengingat, reproduksi, generalisasi, diakhiri dengan melaksanakan tugas belajar dan memberikan umpan balik atas hasil belajar. Proses belajar akan mampu membuat manusia tumbuh dan berkembang sehingga berkemampuan, menjadi dewasa dan mandiri. Dalam pengembangan sikap dan perilaku mandiri, pendidikan non formal dapat berperan untuk membantu peserta didik sehingga ia dapat menyadari dan mengakui potensi dan kemampuan dirinya.
PENDAHULUAN
Pendidikan pada dasarnya adalah proses komunikasi yang didalamnya mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan ketrampilan-ketrampilan, di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung sepanjang hayat, dari generasi ke generasi (Dwi Siswoyo, 2008: 25). Dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa hampir dari seluruh kegiatan manusia yang bersifat positif dapat dianggap bahwa mereka telah melakukan proses pendidikan.
Tujuan pendidikan secara luas antara lain adalah untuk meningkatkan kecerdasan, membentuk manusia yang berkualitas, terampil, mandiri, inovatif, dan dapat meningkatkan keiman dan ketakwaan. Oleh karena itu, pendidikan sangat diperlukan oleh manusia untuk dapat melangsungkan kehidupan sebagai makhluk individu, sosial dan beragama.
Di sinilah peran lembaga pendidikan baik formal maupun non formal untuk membantu masyarakat dalam mewujudukan tujuan pendidikan yang telah disampaikan di atas, melalui pendidikan sepanjang hayat manusia diharapkan mampu menjadi manusia yang terdidik
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pendidikan Sepanjang Hayat
Pendidikan  sepanjang hayat (life long education) adalah sebuah sistem pendidikan yang dilakukann oleh manusia ketika lahir sampai meninggal dunia. Pendidikan sepanjang hayat merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi. Melalui pendidikan sepanjang hayat, manusia selalu belajar melalui peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari atau pengalaman yang telah dialami. Konsep pendidikan sepanjang hayat tidak mengenal batas usia, semua manusia baik yang masih kecil hingga lanjut usia tetap bisa menjadi peserta didik, karena cara belajar sepanjang hayat dapat dilakukan dimanapun, kapanpun, dan oleh siapapun.
Menurut pendapat Sudjana (2001: 217-218) pendidikan sepanjang hayat memberikan arah supaya pendidikan nonformal dikembangkan di atas prinsip-prinsip pendidikan di bawah ini :
1.      Pendidikan hanya akan berakhir apabila manusia telah meninggal dunia.
2.      Pendidikan sepanjang hayat merupakan motivasi yang kuat bagi peserta didik untuk merencanakan dan melakukan kegiatan belajar secara terorganisi dan sistimatis.
3.      Kegiatan belajar bertujuan untuk mempeoleh, memperbaharui, dan meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang telah dimiliki.
4.      Pendidikan memiliki tujuan-tujuan berangkai dalam memenuhi kebutuhan belajar dan dalam mengembangkan kepuasan diri setiap manusia yang melakukan kegiatan belajar.
5.      Perolehan pendidikan merupakan prasyarat bagi perkembangan kehidupan manusia, baik untuk meningkatkan kemampuannya, agar manusia selalu melakukan kegiatan belajar guna memenuhi kebutuhan hidupnya.
B.     Tahap Proses Belajar Pendidikan Sepanjang Hayat
Tahapan belajar manusia pada dasarnya terdiri dari dua bagian. Bagian yang pertama ialah proses belajar yang tidak dapat dilihat oleh panca indera, karena proses belajar terjadi dalam pikiran seseorang yang sedang melakukan kegiatan belajar. Proses ini sering disebut dengan proses intern. Bagian yang kedua disebut proses belajar ekstern, proses ini dapat menunjukkan apakah dalam diri seseorang telah terjadi proses belajar yang ditandai dengan adanya perubahan ke arah yang lebih baik.
Menurut Suprijanto (2007) proses belajar yang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar berlangsung melalui enam tahapan yaitu :
1.      Motivasi
Yang dimaksud motivasi di sini adalah keinginan untuk mencapai suatu hal. Apabila dalam diri peserta didik tidak ada minat untuk belajar, tentu saja proses belajar tidak akan berjalan dengan baik. Jika demikian halnya, pendidik harus menumbuhkan minat belajar tersebut dengan berbagai cara, antara lain dengan menjelaskan pentingnya pelajaran dan mengapa materi itu perlu dipelajari.
2.      Perhatian pada Pelajaran
Peserta didik harus dapat memusatkan perhatiannya pada pelajaran. Apabila hal itu tidak terjadi maka proses belajar akan mengalami hambatan. Perhaian peserta ini sangat tergantung pada pembimbing.
3.      Menerima dan Mengingat
Setelah memperhatikan pelajaran, seorang peserta didik akan mengerti dan menerima serta menyimpan dalam pikirannya. Tahap menerima dan mengingat ini harus terjadi pada diri orang yang sedang belajar. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan dan pengingatan ini, seperti struktur, makna, pengulangan pelajaran , dan interverensi.
4.      Reproduksi
Dalam proses belajar, seseorang tidak hanya harus menerima dan mengingat informsasi baru saja, tetapi ia juga harus dapat menemukan kembali apa-apa yang pernah dia terima. Agar peserta didik mampu melakukan reproduksi, pendidik perlu menyajikan pengajarannya dengan cara yang mengesankan.
5.      Generalisasi
Pada tahap generalisasi ini, peserta didik harus mampu menerapkan hal yang telah dipelajari di tempat lain dan dalam ruang lingkup yang lebih luas. Generalisasi juga dapat diartikan penerapan hal yang telah dipelajari dari situasi yang satu ke situasi yang lain.
6.      Menerapkan Apa yang Telah Diajarkan serta Umpan Balik
Dalam tahap ini, peserta didik harus sudah memahai dan dapat menerapkan apa yang telah diajarkan. Untuk meyakinkan bahwa peserta didik telah benar-benar memahami, maka pembimbing dapat memberikan tugas atau tes yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Tes yang diberikan pun dapat berupa tes tertulis maupun lisan. Selanjutnya, pendidik berkewajiban memberikan umpan balik berupa penjelasan mana yang benar dan mana yang salah. Dengan umpan balik seperti itu, peserta didik dapat mengetahui seberapa ia memahami apa yang diajarkan dan dapat mengoreksi dirinya sendiri.
C.    Membentuk Kemandirian Melalui Pendidikan Sepanjang hayat.
Setiap manuusia yang lahir di dunia ini tidak langsung dapat hidup mandiri. Di awal kehidupannya, ia akan membutuhkan bantuan dari orang lain, bahkan cenderung tergantung terhadap orang lain. Sejak bayi hingga anak-anak ia akan sangat membutuhkan peran keluarga dan orang-orang di sekitarnya agar dapat membantu ia untuk bertahan hidup. Namun seiring pertumbuhannya, sedikit demi sedikit ia akan mampu mengurangi tingkat ketergantungannya kepada orang lain, sehingga lama kelamaan ia dapat menjadi manusia yang mandiri.
Menurut Sudjana (2001: 227-228) perubahan sikap dan perilaku di atas, yaitu dari menggantungkan diri kepada orang lain ke arah sikap yang mandiri, merupakan indikator orang terdidik. Di pihak lain seseorang yang hidupnya hanya menggantungkan diri kepada orang lain di sebut orang yang belum atau tidak terdidik.
Pembelajaran merupakan proses yang meliputi mengajar dan belajar. Belajar adalah proses mengkonstruksi pengetahuan dan abstraksi pengalaman baik alami maupun manusiawi (Jurnal Ilmiah VISI PTK-PNF, 2006: Vol. 1)  Proses belajar akan mampu membuat manusia tumbuh dan berkembang sehingga mampu menjadi dewasa dan mandiri. Manusia mengalami perubahan dari yang sebelumnya selalu tergantung kepada orang lain menjadi manusia yang mandiri, bahkan justru akan mampu membantu orang lain. Perubahan seperti ini seharusnya terus terjadi sepanjang hayat selama manusia tersebut masih hidup. Namun pada kenyataannya, sebagian besar manusia berhenti belajar setelah mereka merasa cukup dewasa. Padahal pada dasarnya perubahan-perubahan sikap menuju arah yang lebih baik harus selalu dilakukan untuk mempersiapkan diri terhadap perubahan-perubahan yang timbul seperti halnya perubahan dalam bidang kemajuan teknologi dan pengetahuan. Mereka yang terus melakukan proses belajar akan dapat mengikuti perubahan yang ada, sedangkan mereka yang berhenti untuk belajar akan merasakan kesulitan dalam menghadapi perubahan dan akan cenderung menjadi manusia yang kurang mandiri.  
Sudjana (2001: 228) berpendapat bahwa dalam pengembangan sikap dan perilaku mandiri, pendidikan luar sekolah dapat berperan untuk membantu peserta didik sehingga ia dapat menyadari dan mengakui potensi dan kemampuan dirinya. Peserta didik perlu dibantu untuk mampu berdialog dengan dirinya dan lingkungannya. Program-program pendidikan non formal diarahkan untuk memotivasi peserta didik dalam upaya mengaktualisasi potensi diri, berpikir, dan berbuat positif terhadap lingkungan, serta mencapai kepuasan diri dan bermakna bagi lingkungan.
PENUTUP
Pendidikan  sepanjang hayat (life long education) adalah sebuah sistem pendidikan yang dilakukann oleh manusia ketika lahir sampai meninggal dunia. Pendidikan sepanjang hayat merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi. Melalui pendidikan sepanjang hayat, manusia selalu belajar melalui peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari atau pengalaman yang telah dialami. Konsep pendidikan sepanjang hayat tidak mengenal batas usia, semua manusia baik yang masih kecil hingga lanjut usia tetap bisa menjadi peserta didik, karena cara belajar sepanjang hayat dapat dilakukan dimanapun, kapanpun, dan oleh siapapun.
Tujuan dari proses belajar sepanjang hayat adalah untuk mengembangkan diri, memberikan kemampuan peserta didik untuk berbuat seperti orang lain, membebaskan dari kebodohan, menjadi manusia yang kreatif, sensitive, dan dapat berperan aktif dalam proses pembangunan. untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan diri, memberikan kemampuan kepada peserta didik agar dapat berbuat seperti orang lain, menumbuhkan sikap mandiri, terampil, terbuka terhadap perubahan kemajuan teknologi, untuk mendorong inklusi sosial dan keperluan masyarakat, bagaimana pendidikan masyarakat dapat berkontribusi untuk membangun masyarakat yang demokratis dan adil (Adult Education Quarterly, 2005: vol. 55)
DAFTAR PUSTAKA
Hill, Lilian H.2005. Community Education, Lifelong Learning, and Social Inclusion. Adult Education Quarterly, volume 5 nomor 2, February 2005: 151-153.

 Siswoyo, Dwi, Dkk. 2008. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

 Sudjana. 2001. Pendidikan Luar Sekolah.Bandung: Falah Production.

 Suprijanto. 2007. Pendidikan Orang Dewasa Dari Teori Hingga Aplikasi.  Jakarta: Bumi Aksara.

Wahyujati, Bertha Bintari. 2006. Strategi Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah. Jurnal Ilmiah VISI PTK-PNF, Volume 1 Nomor 1: 91-98.