Kamis, 07 Juni 2012

PERAN POLA ASUH DALAM UPAYA PEMBENTUKAN KEDISIPLINAN ANAK USIA DINI

PERAN POLA ASUH DALAM UPAYA PEMBENTUKAN KEDISIPLINAN ANAK USIA DINI
Tugas ini disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata kuliah
Penelitian Pendidikan
Dosen Pengampu : Dr. Sudjarwo M.Pd











Oleh :
Hikmah Nurbaeti        10102241015



JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
                  Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak ke empat  di dunia. Dengan aset jumlah penduduk yang begitu banyak akan mempermudah mewujudkan negara yang maju. Salah satu cara bagaimana mewujudkan negara maju adalah dengan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Dimana sumber daya manusia tersebut harus memiliki sikap dan kemampuan yang baik. Ketepatan, kecepatan, dan kedisiplinan merupakan hal pokok yang harus dimiliki oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Kedisiplinan dalam segala hal menjadi salah satu penentu keberhasilan pembangunan suatu negara. Untuk membentuk manusia yang disiplin membutuhkan waktu dan proses. Harus ada penerapan sejak dini agar seseorang terbiasa melakukan hal-hal secara teratur dan terjadwal. Oleh karena itu menerapkan kedisiplinan melalui pola asuh yang baik sejak dini pada anak sangat penting untuk dilakukan, karena pada masa anak-anak pembentukan kedisiplinan masih mudah untuk diterapkan.
                  Pola asuh merupakan suatu cara yang dilakukan dalam mendidik dan menjaga anak secara terus menerus dari waktu ke waktu sebagai perwujudan rasa tanggungjawab orang tua terhadap anak. Dalam mengasuh anak, orang tua harus memiliki pengetahuan agar mereka tidak salah asuh. Selain itu orang tua juga harus mengetahui seutuhnya karakteristik yang dimiliki oleh anak. Peranan orang tua begitu besar dalam membantu anak agar siap memasuki gerbang kehidupan mereka. Disinilah kepedulian orang tua sebagai guru yang pertama dan utama bagi anak-anak. Sebagai orang tua harus betul-betul melakukan sesuatu untuk anak tercinta. Bagaimana seorang anak dapat tetap memandang masa depan mereka dalam angan seorang anak, bagaimana mereka dapat menjadi generasi penerus kita. Masa depan bangsa Indonesia kelak di tangan mereka dan masa depan mereka dipersiapkan oleh orang tua saat ini.
                  Anak usia dini merupakan tahapan usia yang paling menentukan bagaimana karakter, kepribadian, dan sikap anak di masa dewasa. Karena pada usia dini seorang anak memasuki masa golden age. Yaitu masa dimana perkembangan otak anak bekerja secara optimal dalam menerima segala informasi. Sehingga jika pada usia tersebut anak dididik dengan baik maka akan terbentuk kepribadian anak yang baik pula. Anak adalah perwujudan cinta kasih orang dewasa yang siap atau tidak untuk menjadi orang tua. Pada akhirnya mau atau tidak orang tua dituntut untuk siap menjadi orang tua yang harus dapat mempersiapkan anak-anak kita agar dapat menjalankan kehidupan masa depan mereka dengan baik.
                  Kedisiplinan merupakan hal yang penting yang harus ditanamkan pada anak. Disiplin merupakan suatu ketaatan dan kepatuhan terhadap sesuatu yang telah disepakati. Kedisiplinan dapat dilatih sejak dini melalui pola asuh yang dilakukan oleh keluarga yang dalam hal ini orang tua lebih berperan besar. Melalui pola asuh yang baik, anak akan diarahkan orang tua bagaimana membiasakan diri melakukan hal-hal secara teratur dan terjadwal. Dalam penerapan kedisiplinan tersebut, juga terkandung nilai tanggungjawab yang tumbuh pada diri anak.
      Kenyataan yang terjadi bahwa masih sering kita jumpai beberapa anak yang menunjukkan perilaku rendahnya disiplin diri, seperti kebiasaan anak yang masih bermain meskipun hari sudah sore sehingga seharusnya pada saat itu anak sudah mandi namun belum dilakukan, dan akhirnya anak mandi pada saat menjelang maghrib, kebiasaan anak yang tidur larut malam dan bangun terlalu siang, kebiasaan anak yang susah diatur karena kurangnya perhatian dan bimbingan dari orang tua, dan masih banyak lagi kasus anak yang menunjukkan kurang kedisiplinan.
                  Mengingat kedisiplinan merupakan hal yang sangat penting untuk diterapkan sejak anak menginjak usia dini melalui pola asuh yang baik dan benar, maka penelitian ini penting untuk dilakukan agar peneliti sehingga mengetahui sejauh mana penerapan pola asuh demokratis berpengaruh terhadap pembentukan kedisiplinan anak usia dini.

B.     Identifikasi Masalah
                  Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah, yaitu :
1.      Dalam mewujudkan negara yang maju diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas.
2.      Untuk membentuk manusia yang disiplin membutuhkan waktu dan proses.
3.      Kedisiplinan dapat terbentuk melalui penerapan pola asuh yang baik oleh orang tua.
4.      Masih banyak ditemukan anak yang masih menunjukkan perilaku kurang disiplin
5.      Anak susah diatur karena kurang perhatian dan bimbingan dari orang tua.

C.    Batasan Masalah
                  Berdasarkan identifikasi masalah di atas, terdapat banyak permasalahan yang ditemukan pada peran pola asuh dalam upaya pembentukan kedisiplinan anak usia dini yang tentunya tidak memungkinkan untuk diteliti semuanya. Peneliti membatasi masalah pada permasalahan yang terkait dengan upaya pembentukan kedisiplinan anak usia dini melalui pola asuh, karena kedisiplinan merupakan hal yang penting untuk diterapkan pada anak sejak dini.
D.    Rumusan Masalah
                  Berdasarkan batasan masalah tersebut, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana penerapan pola asuh pada anak usia dini ?
2.      Bagaimana upaya pembentukan kedisiplinan pada anak usia dini ?
3.      Bagaimana peran pola asuh dalam upaya pembentukan kedisiplinan pada anak usia dini ?

E.     Tujuan Penelitian
                  Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui bagaimana penerapan pola asuh pada anak usia dini.
2.      Mengetahui bagaimana upaya penerapan kedisiplinan anak usia dini.
3.      Mengetahui bagaimana peran pola asuh dalam upaya pembentukan kedisiplinan anak usia dini.

F.     Manfaat hasil Penelitian
                  Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini dapat ditinjau dari dua segi yaitu manfaat secara teori dan praktik.
1.      Dari segi teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :
a.       Sebagai informasi bagi orang tua dan calon orang tua untuk mengetahui bagaimana peran pola asuh yang diterapkan dalam membentuk kedisiplinan anak usia dini.
b.      Sebagai pijakan dan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan peran pola asuh dalam upaya pembentukan kedisiplinan anak usia dini.
2.      Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :
a.       Bagi Penulis, dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung tentang upaya pembentukan kedisiplinan anak usia dini melalui pola asuh yang sesuai.
b.      Bagi orang tua, mampu mengupayakan penanaman hidup disiplin kepada anak-anaknya sedini mungkin sehingga hidup disiplin akan menjadi kebiasaan yang akan dibawa hingga usia anak dewasa.














                                                                                       
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Kajian Teori
1.      Hakekat Pola Asuh
            pola asuh merupakan suatu cara yang diterapkan dalam menjaga, merawat, dan mendidik seorang anak sebagai wujud pertanggungjawaban orang tua terhadap anaknya. Menurut Mansyur (2005) dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam membagi pola asuh menjadi tiga jenis yaitu :
1)      pola asuh otoriter
pola asuh otoriter adalah pola asuh yang ditandai dengan cara mengasuh anak-anaknya dengan aturan-aturan ketat, sering kali memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya n(orang tua), kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri dibatasi. Anak jarang diajak berkomunikasi dan diajak ngobrol, bercerita, bertukar pikiran dengan orang tua. Pola asuh yang bersifat otoriter ini juga ditandai dengan hukuman-hukumannya yang dilakukan dengan keras, mayoritas hukuman tersebut sifatnya hukuman badan dan anak juga diatur yang membatasi perilakunya.
2)      Pola asuh demokratis
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang ditandai dengan pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak-anaknya, dan kemudian anak diberi kesempatan uantuk tidak selalu tergantung kepada orang tua. Dalam pola asuh seperti ini orang tua memberi sedikit kebebasan kepada anak untuk memilih apa yang dikehendaki dan apa yang diinginkan yang terbaik bagi dirinya, anak diperhatikan dan didengarkan saat anak berbicara, dan bila berpendapat orang tua memberi kesempatan untuk mendengarkan pendapatnya. Anak dilibatkan dan diberikesempatan untuk berpartisipasi dalam mengatur hidupnya, ada yang mengatakan tidak semua orang tua mentolelir terhadap anak, dalam hal-hal tertentu orang tua perlu ikut campur tangan, misalnya dalam keadaan membahayakan hidupnya atau keselamatan anak.
3)      Pola asuh laisses fire
Pola asuh ini adalah pola asuh dengan cara orang tua mendidik anak secara bebas,anak dianggap orang dewasa atau muda, ia diberi kelonggaran seluas-luasnya apa saja yang dikehendaki. Kontrol orang tua terhadap anak sangat lemah, juga tidak memberikan bimbingan pada anaknya. Semua apa yang dilakukan oleh anak adalah benar dan tidak perlu mendapatkan teguran, arahan, atau bimbingan.
2.      Keluarga
            Dalam pengertian psikologis, keluarga merupakan sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan dan saling menyerahkan diri. Keutuhan orang tua (ayah dan ibu) dalam sebuah keluarga sangat dibutuhkan dalam membantu anak dalam mengembangkan kreativitas diri. Keluarga dikatak an utuh apabila di samping lengkap anggotanya terutama anak-anaknya. Jika dalam keluarga terjadi kesenjangan hubungan, perlu diimbangi dengan kualitas dan intensitas hubungan sehingga ketidakadaan ayah dan atau ibu dirumah tetap dirasakan kehadirannya dan dihayati secara prikologis.
            Dalam buku Pola Asuh Orang Tua yang ditulis oleh Moh. Shochib, David (1992 : 33-34) mengkategorikan keluarga dalam pengertian sebagai keluarga seimbang, keluarga kuasa, keluarga protektif, keluarga kacau, dan keluarga simbiotis.
            Pendapat lain disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara (1962 : 100) yang menyatakan bahwa keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan terpenting karena sejak timbulnya adab kemanusiaan sampai kini, keluarga selalu mempengaruhi pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap manusia.
            Keluarga seimbang adalah keluarga yang ditandai oleh keharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, ayah dengan anak, serta ibu dengan anak. Dalam keluarga ini orang tua bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Anak-anak merasa aman, walaupun tidak selalu disadari. Diantara anggota keluarga saling mendengarkan jika bicara bersama, melalui teladan dan dorongan orang tua. Setiap masalah dihadapi dan diupayakan untuk dipecahkan bersama.
            Keluarga kuasa lebih menekankan kekuasaan daripada relasi.pada keluarga ini, anak merasa seakan-akan ayah dan ibu mempunyai buku peraturan, ketetapan,ditambah daftar pekerjaan yang tidak pernah habis. Orang tua bertindak sebagai bos dan pengawas tertinggi. Anggota keluarga terutama anak-anak tidak memiliki kesempatan atau peluang agar dirinya didengarkan.
            Keluarga protektif lebih menekankan pada tugas dan saling menyadari perasaan satu sama lain. Dalam keluarga ini ketidakcocokan sangat dihindari karena lebih menyukai suasana kedamaian. Sikap orang tua lebih banyak pada upaya member dukungan, perhatian, dan garis-garis pedoman sebagai rujukan kegiatan.
            Keluarga kacau adalah keluarga kurang teratur dan selalu mendua. Dalam keluarga ini cenderun timbul konflik dan kurang peka dalam memenuhi kebutuhan anak-anak. Anak sering diabaikan dan diperlakukan secara kejam karena kesenjangan hubungan antar mereka dengan orang tua. Dinamika keluarga dalam banyak hal sering menimbulkan kontradiksi karena pada hakikatnya tidak ada keluarga. Rumah hanya sehagai tempat berteduh oleh individu-individu.
            Keluarga simbiotis dicirikan oleh orientasi dan perhatian keluarga yang kuat bahkan hampir seluruhnya terpusat pada anak-anak.keluarga ini berlebihan dalam melakukan relasi. Orang tua banyak menghabiskan waktu untuk memikirkan dan memenuhi keinginan anak-anaknya.
3.      Disiplin
            Disiplin berasal dari kata yang sama dengan “disciple”, yakni seorang yang belajar dari atau secara suka rela mengikuti seorang pemimpin. Orang tua dan guru merupakan pemimpin dan anak merupakan murid yang belajar dari mereka cara hidup yang menuju ke hidup yang berguna dan bahagia. Jadi disiplin merupakan cara masyarakat mengajar anak perilaku moral yang disetujui kelompok
            Tujuan seluruh disiplin ialah membentuk perilaku sedemikian rupa hingga ia akan sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu diidentifikasikan. Karena tidak ada pola budaya tunggal, tidak ada pula satu falsafah pendidikan anak yang menyeluruh untuk mempengaruhi cara menanamkan disiplin. Jadi metode spesifik yang digunakan di dalam kelompok budaya sangat beragam, walaupun semuanya mempunyai tujuan yang sama, yaitu mengajar  anak bagaimana berperilaku dengan cara yang sesuai dengan standar kelompok sosial, tempat mereka diidentifikasikan (Hurlock 1999 : 82).
a.       Perlunya Disiplin
            Disiplin perlu untuk dikembangkan anak, karena ia memenuhi beberapa kebutuhan tertentu dengan demikian disiplin memperbesar kebahagiaan dan penyesuaian pribadi dan sosial anak. Beberapa kebutuhan masa kanak-kanak yang dapat diisi oleh disiplin
·         Disiplin memberi rasa aman dengan memberitahukan apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan
·         Dengan disiplin, anak belajar bersikap menurut cara yang akan mendatangkan pujian yang akan ditafsirkan anak sebagai tanda kasih sayang dan penerimaan.
·         Disiplin yang sesuai dengan perkembangan berfungsi sebagai motivasi pendorong ego yang mendorong anak mencapai apa yang diharapkan darinya.
·         Disiplin membantu anak mengembangkan hati nurani dalam pengambilan keputusan dan pengendalian perilaku.
            Meskipun semua anak membutuhkan disiplin, kebutuhan mereka bervariasi. Terdapat banyak kondisi yang mempengaruhi kebutuhan anak akan disiplin, enam diantaranya dianggap sangt penting.
            Pertama, karena terdapat variasi dalam laju perkembangan berbagai anak, tidak semua anak dengan usia yang sama dapat diharapkan mempunyai kebutuhan akan disiplin yang sama, ataupun jenis disiplin yang sama.
            Kedua, kebutuhan akan disiplin bervariasi menurut waktu dalam sehari.
            Ketiga, kegiatan yang dilakukan anak mempengaruhi kebutuhan akan disiplin.disiplin yang paling besar kemungkinannya dibutuhkan untuk kegiatan sehari-hari yang rutin, misalnya makan, tidur atau membuat pekerjaan rumah dan paling sedikit diperlukan bila anak bebas bermain sekehendak hatinya.
            Keempat, kebutuhan akan disiplin bervariasi dengan hari dalam seminggu. Hari Senin danakhir minggu merupakan saat disiplin paling dibutuhkan.
            Kelima, disiplin lebih sering dibutuhkan dalam keluarga besar dari pada keluarga kecil. Semakin banyak anak dalam suatu keluarga, semakin kurang perhatian dan pengawasan yang didapat dari orang tua, dan semakin besar kemungkinan ada kecemburuan antar saudara dan rasa permusuhan, diikuti pertengkaran dan bentuk perilaku mengganggu lain.
            Keenam, kebutuhan akan disiplin bervariasi dengan usia. Anak lebih besar kurang membutuhkan disiplin dibanding anak kecil. (Hurlock, 1999 : 83-84)
4.      Hakekat Anak Usia Dini
            Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi mortorik halus dan kasar), intelegensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi,  dan kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak (Mansur, 2005 : 88).
            Usia dini biasa di sebut dengan golden age karena fisik dan motorik anak berkembang dan bertumbuh dengan cepat, baik perkembangan emosional, intelektual, bahasa maupun moral (budi pekerti). Bahkan ada yang menyatakan bahwa pada usia empat tahun 50% kecerdasan telah tercapai, dan 80% kecerdasan tercapai pada usia delapan tahun.Adalah hal lumrah jika banyak pihak begitu memperhatikan perkembangan anak usia emas yang tak akan terulang lagi ini (Partini, 2010 :2).
            Anak usia dini adalah anak yang sedang mengalami masa kanak-kanak awal, yaitu berusia 2-6 tahun yang akan ditumbuhkan kemampuan emosinya agar setelah dewasa nanti berkemungkinan besar memiliki kecerdasan (Yasin, 2007 : 10).

B.     Kerangka Berfikir
                  Pola asuh merupakan suatu cara yang dilakukan dalam hal merawat,mendidik, mengurus anak secara periodik dan terus-menerus. Pola asuh dibagi menjadi tiga jenis yaitu pola asuh demokratis dimana dalam pola asuh tersebut seorang anak diberi kebebasan untuk melakukan sesuatu yang diinginkan namun orang tua tetap melakukan pengawasan.dala pola asuh demokratis orang tua juga banyak melakukan komunikasi dengan anak agar orang tua tahu bagaimana perkembangan anak dan apa saja yang anak lakukan. Pola asuh yang kedua adalah pola asuh otoriter dimana pola asuh ini sangat menekankan peraturan-peraturan yang harus dipatuhi oleh anak.jika anak tidak melanggar tidak jarang orang tua akan member hukuman. Pola asuh yang ketiga adalah pola asuh laisses fire dimana orang tua member kebebasan kepada anak tanpa adanya pengawasan. Anak dianggap sudah dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, sehingga tidak perlu adanya pengawasan.
                  Keluarga merupakan sekumpulan orang yang tinggal dalam suatu rumah biasanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang saling memiliki pertautan batin. Keluarga memiliki bermacam-macam kondisi. Ada keluarga seimbang yang dapat diartikan keluarga yang harmonis dimana semua anggota keluarga merasakan kedamaian dan ketentraman. Kondisi keluarga yang lain yaitu keluarga kacau, keluarga protektif, dan keluarga kuasa yang sering dikategorikan sebagai keluarga yang kurang harmonis dimana adaanggota keluarga yang merasa tidak nyaman dan tidak damai hidupdalam keluarga tersebut.
                  Disiplin dapat diartikan sebagai suatu perbuatan tang dilakukan secara tepat waktu dan teratur. Tujuan disiplin itu sendiri adalah membentuk perilaku yang baik dan dapat menjadi suatu kebiasaan. Perlunya disiplin bagi anak yaitu untuk mengembangkan sikap kejujurannya, kesadaran akan kewajibannya, dan menumbuhkan nilai moralnya.
                  Anak usia dini memiliki pengertian sebagai anak yang sedang berada pada usia prasekolah dimana mereka sedang memasuki masa golden age, yaitu masa dimana anak secara mudah dapat menerima sebuah informasi karena perkembangan otaknya sedang optimal.
                  Upaya pembentukan kedisiplinan yang dilakukan orang tua hendaknya dilakukan sejak dini, dimana anak masih sangat mudah untuk diberi hal-hal yang baik-baik. Upaya pembentukan kedisiplinan tersebut dapat dilakukan melalui pola asuh orang tua, dimana orang tua harus mengetahui bagaimana cara mengasuh yang tepat untuk menanamkan nilai disiplin pada anak tanpa adanya unsure pemaksaan.


















BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Pendekatan Penelitian
                  Pendekatanpenelitian merupakan suatu teknik atau prosedur yang digunakan dalam proses pengumpulan data. Pendekatan penelitian dapat pula diartikan sebagai keseluruhan cara atau kegiatanyang dilakukan oleh peneliti mulai dari perumusan masalah sampai dengan penarikan kesimpulan.
      Dalam penelitian ini akan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang informasi atau data yang dikumpulkan tidak berwujud angka-angka dan analisisnya berdasarkan prinsip logika. Metode pendekatan kualitatif dalam penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk deskriptif. Dalam penelitian deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa.
      Penelitian deskriptif menitikberatkan pada observasi dan suasana alamiah (naturalis setting). Peneliti dalam hal ini bertindak sebagai pengamat. Peneliti hanya membuat kategori perilaku, mengamati gejala dan mencatat dalam buku observasi.
B.     Waktu dan Tempat Penelitian
1.      Waktu
Kegiatan penelitian akan dilakukan dalam jangka waktu 2 bulan.
2.      Tempat
Penelitian ini dilakukan di Desa Wanakarsa, Kecamatan Wanadadi, Kabupaten Banjarnegara. Adapun dipilihnya Desa Wanakarsa sebagai lokasi penelitian karena peneliti melihat bahwa peran pola asuh orang tua dalam upaya pembentukan kedisiplinan anak usia dini belum banyak dirasakan.
C.    Subyek Penelitian
                  Dalam penelitian ini, subyek penelitian adalah keluarga dengan anak yang masih berusia dini. Spesifikasi keluarga yang akan diteliti adalah keluarga yang dengan ibu yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga, karena akan lebih mudah meneliti peran pola asuh yang dilakukan orang tua dalam upaya pembentukan kedisiplinan anak usia dini. Namun karena keterbatasan biaya dan waktu, maka pada penelitian ini pemilihan subjek dilakukan dengan purposive sampling (sampel bertujuan). Untuk memperdalam penelitian ini, maka informasi diperoleh dari para orang tua kemudian didukung dengan pengamatan perilaku anak dari orang tua tersebut.

D.    Metode Pengumpulan Data
                  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi (pengamatan), interview (wawancara) dan dokumentasi. Metode pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini secara rinci dijelaskan sebagai berikut :
1.      Pengamatan
            Metode pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamatan partisipasi. Pengamatan secara partisipatif merupakan teknik pengumpulan data yang melibatkan peserta didik (interaksi) sosial antara peneliti dan informan dalam suatu latar penelitian selama pengumpulan data berlangsung, dilakukan secara sistematis, tanpa menampakkan si peneliti sebagai seorang peneliti. Peneliti tidak perlu mengemukakan secara rinci mengenai penelitian yang sedang dilakukannya.
2.      Wawancara
             Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terpimpin/terstruktur. Wawancara diadakan dalam bentuk percakapan dengan sasaran seperti dirumuskan dalam pedoman wawancara. Peneliti menggunakan metode wawancara untuk mengungkap data-data berupa kata-kata yang tidak terungkap dalam observasi dan angket.
3.      Dokumentasi
            Dokumen digunakan untuk mengumpulkan informasi mengenai perilaku yang menunjukkan kedisiplinan pada anak sebagai upaya yang dilakukan melalui pola asuh orang tua.












DAFTAR PUSTAKA

Anwar dan Arsyad Ahmad. (2007). Pendidikan Anak Dini Usia, Panduan Praktis Bagi Ibu           dan Calon Ibu). Bandung : Alfabeta

Hurlock,  E.  B.  1999.  Perkembangan  Anak.  Jilid  2.  Alih  bahasa  :  Tjandrasa. Jakarta :           Erlangga.

Mansur, (2005). Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta :Pustaka Belajar

Partini. (2010). Pengantar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta :Grafindo Letera Media

Rimm Sylvia, (2003). Mendidik dan Menerapkan Disiplin pada Anak Prasekolah. Jakarta :            PT. Gramedia Pustaka Utama.

Shochib, Moh. (2000). Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Anak Mengembangkan     Disiplin Diri. Jakarta : Rineka Cipta.






0 komentar:

Posting Komentar